STANDAR TATANAN KHAYALAK MANUSIA DAN GENDER LEBIH DARI DUA
Di dalam alam bawah sadar terdapat sebuah kepercayaan kepada produk hasil imajinasi manusia, dan terkadang kita tidak menyadari itu. Imajinasi manusia bisa aja berbentuk apa saja, tidak terhalang oleh apapun, ini bisa berbentuk hal yang penting sekalipun di dunia guna mempersatukan umat manusia, agama contohnya. Agama atau kepercayaan adalah buah dari khalayak imajinasi manusia, terbungkus dengan didasari entitas maha kuasa, contoh selanjutnya Uang. Uang pertama kali ditemukan di Lydia abad ke-6 SM. Kita mempercayai secarik kertas dengan gambar tokoh terkenal sebagai objek penentu kekayaan, bisa membeli apa saja. Budaya pun demikian, budaya adalah sebuah tatanan khayalak manusia yang ada di kehidupan sosial, budaya dapat menjadi penyelamat dalam persatuan manusia yang didasari khayalak, misalnya ketika agama sudah mulai memudar, maka pasti akan terbentuk sebuah tatanan baru di masyarakat, tatanan khayalak baru itu adalah mitos-mitos dan fiksi-fiksi yang membiasakan manusia untuk bertindak sesuai standar.
Jika ditarik lagi ke belakang, di zaman prasejarah manusia menganut kepercayaan dinamisme-animisme, mempercayai bahwa jika menebang pohon ara di tepi sungai maka arwah pohon ara tersebut akan marah, hal buruk akan terjadi, juga percaya bahwa nenek moyang yang telah meninggal arwahnya beristirahat di dalam batu besar. Hukum internasional pun sama, seperangkat undang-undang yang hanya dibuat berdasarkan benak manusia, imajinasi manusia. Hal-hal semacam itu adalah produk imajinasi manusia, tidak ada kekerabatannya dengan realitas. Realitas itu kenyataan yang bentuk materialnya ada dan absolut tidak bisa diubah, meskipun uang itu bisa saja berbentuk koin, namun hanya koin nya saja yang termasuk pada realitas, uang nya itu satu hal. Budaya pun demikian, budaya adalah sebuah tatanan khayalak manusia yang ada di kehidupan sosial, budaya dapat menjadi penyelamat dalam pemerasatuan manusia yang didasari khayalak, misalnya ketika agama sudah mulai memudar, maka pasti akan terbentuk sebuah tatanan baru di masyarakat, tatanan khayalak baru itu adalah mitos-mitos dan fiksi-fiksi yang membiasakan manusia untuk bertindak sesuai standar tertentu.
Kemampuan menciptakan realitas yang dikhayalkan dari kata-kata memungkinkan banyak orang yang tidak saling kenal bekerja secara efektif (Harari, 2011: 39). Produk-produk imajinasi manusia sangat berguna demi kelangsungan hidup manusia itu sendiri, coba bayangkan betapa sulitnya membentuk sebuah undang-undang, negara, agama, jika kita sebagai manusia hanya membicarakan realita yang benar-benar ada seperti sungai, laut, pohon, dan lain-lain. Faktanya khayalak imajinasi tersebut berhasil mempersatukan manusia, menjadikan lebih damai sekaligus menderita. Perang Dunia kedua dipicu karena Hitler tidak setuju dengan perjanjian Versailles 1919. Perjanjian pun adalah sebuah khalayak imajinasi manusia, meski demikian, perjanjian itu awal mula 50 juta manusia mati dalam perang dunia ke-2.
Hal serupa terjadi pada Gender manusia. Sejauh ini manusia memiliki dua jenis kelamin, dan kita sebagai manusia percaya itu, laki-laki dan perempuan. Namun dewasa ini, berbicara bahwa gender lebih dari dua, mungkin kurang lebih 48 gender ada di bumi ini. Jika dilihat dari ilmu biologi, maka manusia jantan memiliki sifat biologis tertentu yaitu seperti kromosom XY, dan manusia betina memiliki sifat-sifat biologis tertentu seperti XX. Para ahli biologi dan para cendekiawan mengkategorikan jenis kelamin sebagai kategori biologis (realitas) dan “gender” adalah kategori budaya atau sosial (Khalayak Imajinasi). Menurut pandangan penulis bahwa setiap gender bisa saja bertambah, karena kehidupan manusia semakin kompleks, maka budaya menyesuaikan.
Maskulinitas laki-laki sudah ditentukan oleh budaya manusia yang berbuah dari manusia sendiri, sejak zaman purba pun telah terjadi, laki-laki sibuk untuk bersaing dengan laki-laki lain demi bisa membuahi manusia, sedangkan manusia perempuan dapat mudah memilih siapa yang akan menghamilinya, sederhana, namun berdampak hingga kini, kini manusia laki-laki dipaksa untuk masuk ke dalam standar maskulinitas khayalak manusia yang sudah menyesuaikan, contohnya wajib militer khusus laki-laki, laki-laki yang tidak bisa mengangkat galon dianggap sebagai laki-laki lemah. Bagaimana dengan “kesukaan” ? hal ini berbeda. Jika kromosom XY (Laki-laki) menyukai (secara seksual) pada kromosom XY, hal ini dianggap sebagai penyimpangan oleh masyarakat, budaya, agama, dan beberapa tatanan khayalak manusia lainnya. Namun jika dilihat, biologi tidak pernah mengatur bagaimana manusia menyukai (secara seksual), begitupun dengan gender, itu hanya buah dari imajinasi manusia. Transgender adalah kondisi seseorang yang merubah identitas gender nya sehingga berbeda dengan jenis kelaminnya, ini dianggap penyimpangan.
Reaksi pada gender adalah masalah yang terjadi saat ini. Kurangnya pemahaman antara gender dan jenis kelamin membuat semuanya keliru, dan kurangnya pemahaman antara khayalak imajinasi dan realitaspun sering menjadi sebuah bentuk permasalahan di masyarakat. Penulis bertujuan untuk memberikan sebuah pemahaman baru pada pembaca agar bisa menjadi aware terhadap perkembangan budaya.
Komentar
Posting Komentar