Perkembangan Pendidikan Indonesia Pada Era Kolonial

Pendidikan di Masa Kolonial

Pada mulanya pendidikan di area kepulauan Nusantara mempunyai corak yang lebih mendekati pendidikan Agama, hal ini terjadi dikarenakan masih banyaknya hukum - hukum adat yang masih berlandaskan agama maupun keputusan di masa lalu. Masyrakat waktu itu belum lah mengenal aksara modern ala barat (Alphabet). Hal ini dikarenakan penulisan - penulisan yang sudah ada rata - rata menggunakan huruf Pegon, ataupun bahasa Arab (khusus untuk kerajaan atau Kesultanan islam). Hal ini kelak akan berubah ketika Kerajaan belanda melakukan Penerapan Politik etis yang di dasari oleh Undang Undang Agraria tahun 1870. Dimana Per undang - Undangan tersebut mengatur tentang pembagian tanah milik Kaum bumi Putera dan Bangsa Eropa serta mengatur tentang sistim penyewaan tanah serta memberikan akses untuk pemodal asing mengembangkan teknologi untuk menunjang kegiatan perkebunan dengan Komoditas yang dibutuhkan dunia saat itu seperti (Gula,Kapas, dan biji Kopi). Untuk menunjang penggunaan alat produksi modern maka didirikan lah sekolah sekolah yang berdasarkan pendidikan ala Barat yang kelak akan merubah sistim sosial serta pergerakan perjuangan para pemuda, hal ini diciptakan sebagai upaya politik balas budi yang terjadi di abad 19 akhir sampai abad 20 awal. Pada penerepannya sekolah sekolah ini dibagi menjadi 3 Cabang yaitu

     Pendidikan dasar yang meliputi pengantar Bahasa belanda (ELS,HCS,HIS) adapun yang memakai Bahasa daerah sebagai bahasa pengantar(IS,VS, VgS).

     Pendidikan Lanjutan yang meliputi pendidikan umum (MULO, HBS, AMS)

     Serta pendidikan Tinggi

Hal ini menjadikannya sebagai landasan perkembangan dan sistim pendidikan modern di Indonesia, lewat lembaga - lembaga tersebut Belanda membentuk para kaum Bumi Putera maupun kaum Timur Asing, sebagai kaum dengan strata sosial dibawah orang Eropa, dengan kualifikasi tertentu seperti untuk bersekolah di ELS,HCS,& HIS. Harus lah dari kalangan bangsawan (Bumi Putera) sedangkan warga timur asing harus lah mampu secara ekonomi untuk mendapatkan pendidikan yang setara. Oleh karena itu Belanda juga mendirikan sekolah dengan pengantar bahasa daerah sebagai upaya pencerdasan tetapi dilakukan secara terpisah. Hal ini di lakukan dikarenakan sistim Strata Sosial pada era ini masih Tertutup dan pengelompokan golongan berdasarkan keturunan dan ras. Akan tetapi angka buta huruf pada era 1900 an awal, angka buta huruf masih sangatlah tinggi dikarenakan sekolah sekolah yang didirikan Belanda bersifat ekslusif dan sulit diakses oleh rakyat biasa. 

Hal ini pula yang pada akhirnya menjadikan padepokan pesantren (Pendidikan berbasis Agama) lebih di minati oleh sebagian besar orang waktu itu. Bisa kita lihat dengan perbandingan yang signifikan antara masyrakat yang lulusan sekolah sekolah belanda, dengan masyarakat yang lulus pendidikan berbasis Pesantren sangat lah berbeda jauh. Salah satu pembentukan pendidikan di Indonesia kala itu masihlah amat sangat bertimpangan mengapa demikian?, hal ini bisa terjadi dikarenakan kondisi demografi penduduk dimana umat muslim sebagai masyrakat Indonesia dari jaman abad 16 keatas sudah menjadi kekuatan politik serta islam datang lebih awal dari Belanda. Hal ini membuat Belanda yang pada akhirnya akan terus berhadapan dengan perlawanan - perlawanan yang bersifat kedaerahan walaupun katakan lah indeks pengetahuan masyrakat muslim di Nusantara jauh lebih rendah dibandingkan Bangsa barat. Hal ini membuktikan bahwasanya Agama dapat menjadi salah satu upaya pendidikan alternatif yang membantu mengembangkan sikap resistensi akan penjajahan itu sendiri. 

Kembali pada abad 19 an awal, masyrakat Indonesia yang sudah mulai terdidik dengan dua sistim pendidikan (Agama & Modern) mulai mengembangkan organisasi - organisasi pendidikan baru yang bertujuan untuk mengembangkan tingkat literasi masyrakat yang kala itu sangat lah rendah dimana ketika dimasa setelah kemerdekaan pun Tingkat Literasi penduduk di Indonesia hanyalah sekitar 10% dari semua penduduk. Walaupun sudah banyak organisasi organisasi pendidikan seperti Budi Oetomo, Muhamadiyah Dan lain Sebagainya masyrakat di Indonesia masih sangatlah tertinggal dibandingkan negara negara tetangga nya. Hal ini terjadi dikarenakan dari efek sentralisasi di berbagai sektor yang turut menyumbang bahwasanya pendidikan hanya bisa didapatkan oleh kaum kaum elite dan akan menjadi sulit jika kita menjadi masyarakat kelas bawah. 

Walaupun begitu perjuangan para kaum terpelajar sangatlah banyak membantu dalam mengembangkan konsep pendidikan yang kita dapatkan sekarang. Dimana kaum kaum terpelajar jugalah yang mengawali perjuangan tanpa kekerasan dengan memakai ideologi - ideologi yang berkembang pada 20 awal dimana setelah pecahnya Kekaisaran Russia, menjadikannya inspirasi para kaum terpelajar untuk melakukan hal yang sama dengan melakukan revolusi yang sama. Dimana titik balik para kaum terpelajar setelah menempuh pendidikan tinggi di Belanda akan membawa semangat persatuan dan membentuk organisasi organisasi yang secara aktif melakukan diskusi - diskusi demi mencerdaskan bangsanya. 

Seperti Kongres sumpah Pemuda pertama dan kedua sebagai landasan asas persatuan yang terjadi dikarenakan para pemuda sudah mulai terdidik pendidikan ala Barat yang pada akhirnya memupuk kesadaran nasional dimana para pemuda dari berbagai kalangan. Yang waktu itu di sebut (Jong) sebagai perwakilan daerah nya akan terus ber evolusi secara perlahan lahan, akan tetapi hal ini akan berubah ketika Jepang datang dengan ideologi barunya yaitu fasisme dan kepentingannya dalam perang Asia Pasifik membuat para pemuda pemudi di Indonesia waktu itu mendapatkan pendidikan campuran ala Jepang yang mengadopsi pendidikan gaya Barat akan tetapi sedikit di modifikasi dengan kebudayaan Jepang. Seperti pengkultusan pada kaisar sebagai pemimpin tertinggi, dan pemberlakuan darurat militer di Indonesia serta kebijakan kebijakan yang dinilai banyak merugikan kaum terpelajar. Dikarenakan ketika pendudukan Jepang, 

Jepang hanyalah mengambil sumber daya semata dan hanya mengajarkan pendidikan resistensi atas bangsa bangsa Barat dengan doktrin 3A. Hal ini pula yang pada akhirnya merubah statistik pendidikan di Indonesia kembali dikarenakan Jepang, sekolah sekolah Rakyat saat itu mengajarkan Bahasa dan kebudayaan Jepang, lalu dibentuknya sekolah sekolah yang berfokus pada pengelolaan sumber daya alam. Lalu dalam zaman penjajahan Jepang juga pendidikan di Indonesia sudah menghapus sistem pengelompokan sosial, yang menguntungkan masyrakat Indonesia walaupun pada akhirnya pendudukan zaman Jepang menjadi titik tersulit pada perkembangan pendidikan dikarenakan pendidikan ala Jepang bisa disebut pendidikan yang mengarah untuk kebutuhan militer, sedangkan Belanda untuk kebutuhan bisnis dan sipil mereka.

 

Kritik dan Saran.

     Pendidikan pada dasarnya sangatlah dibutuhkan oleh manusia terlepas dari berbagai macam suku dan ras, pendidikan juga merupakan hak segala bangsa seperti yang tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945. Dan dengan pendidikan juga suatu bangsa bisa merubah nasib nya melalui pengambilan keputusan keputusan yang bersifat untuk kepentingan khalayak umum, seperti pendirian pendirian sekolah - sekolah untuk mencerdaskan sebuah bangsa. 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Transformasi Pendidikan di Era Orde Baru: Kebijakan, Dampak, dan Tantangan.

Huru-Hara Stigma Gondrong

Munculnya Reformasi dan Perubahan-Perubahan yang Terjadi setelah Masa Reformasi