Nasionalis, Islamis, Marxisme.
Seperti yang kita semua tahu gagasan Soekarno tentang Nasakom sudah mulai memudar dari ingatan kita. Hal tersebut terjadi karena Pemikiran tentang Nasakom kaitannya erat dengan hegemoni kepemimpinan Soekarno yang mencari dukugan dari 3 aliran besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya pemikiran Soekarno tentang Nasakom yang dikemukakan ditahun 1927 digunakan untuk melawan Kolonialisme yang masih dilakukan di Indonesia, ini diperkuat dengan pernyataan “Nasionalisme, Islam, dan Marxisme, inilah azas-azas yang dipegang teguh oleh pergerakan-pergerakan rakyat diseluruh Asia. Inilah faham-faham yang menjadi rohnya pergerakan-pergerakan di Asia itu. Rohnya pula pergerakan-pergerakan di Indonesia-kita ini,” kata Sukarno.
Roh pergerakan-pergerakan
yang ada di indonesia tidak terlepas dari 3 kekuatan besar, yaitu Nasionalisme,
Islamisme, dan Marxisme. Apa bukti pergerakan-pergerakan dari pernyataan Soekarno tadi? Partai Boedi
Oetomo, Indiche Partij yang memiliki roh Nasionalisme . Partai Sarekat Islam
dengan rohnya Islamisme. Partai Komunis Indonesia dengan rohnya Marxisme. Nah
tiga kekuatan besar tersebut coba disatukan oleh Soekarno dengan Nasakom-nya.
Sebenarnya 3 kekuatan
besar susah disatukan menjadi persatuan. Pergerakan Nasioalisme yang
mementingkan perjuangan bangsa Indonesia yang tertindas atas Kolonialisme.
Pergerakan Islamisme yang pada hakikatnya berfokus pada agama saja alih-alih
kepentingan bangsa. Dan pergerakan Marxisme yang bersifat perjuangan
Internasionalis. Lalu apakah tiga kekuatan besar bisa menjadi satu dengan roh
persatuan? Apakah Nasakom bisa melawan Kolonialisme?
Di tahun 1882 Ernest
Renan berpendapat tentang Faham “Bangsa”. Bangsa menurutnya adalah ada suatu
nyawa, suatu azas-akal yang terjadi karena dua hal: pertama, rakyat itu dulunya
harus bersama-bersama menjalani satu riwayat; kedua, rakyat itu sekarang harus
mempunyai kemauan, keinginan hidup menjadi satu.
Sementara itu,
Nasionalisme adalah suatu itikad; suatu keinsyafan rakyat, bahwa rakyat itu
satu golongan, satu “bangsa”. Nasionalis sejati adalah yang cintanya pada tanah
air itu bersendi pada pengetahuan atas susunan ekonomi dunia dan riwayat,dan
bukan semata-mata timbul dari kesombongan bangsa bealaka. Nasionalis yang
sejati, yang bukan copyan dari nasionalisme barat, akan tetapi timbul dari rasa
cinta akan manusia dan kemanusiaanya. Nasionalisme yang terjadi di Indoneisa
cukup unik, Proses nasionalisme di Indonesia terjadi ketika Budi Utomo lahir
pada tahun 1908, disusul dengan Sumpah Pemuda pada tahun 1928, yang mengilhami
lahirnya konsep tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia.
Proses nasionalisme berlanjut dan menopang perjuangan-perjuangan selanjutnya
hingga terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945 setelah melalui proses yang sangat panjang dan berat. lahirnya Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908, yang pada masa itu merupakan organisasi modern
pertama di Indonesia. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan pemerintah sebagai
hari Kebangkitan Nasional,
Islamisme atau yang
dikenal dengan Pan-Islamisme merupakan buah pikir dari Sheikh Mohammad Abdouh
dan Seyid Jamaluddin El Afghani, mereka
berdua merupakan panglima dari Pan-Islamisme yang telah membangunkan dan
menjunjung rakyat-rakyat Islam di seluruh benua Asia dari kegelapan dan
kemunduran. Nah, lalu apa sih yang dilakukan oleh mereka dalam membangunkan
semangat islmisme? Pertama-tama mereka membangunkan semangat rasa perlawanan di
dalam hati rakyat-rakyat muslim terhadap bahanya imperialisme barat, dan juga
mengkhotbahkan suatu barisan rakyat islam yang kokoh. Nah semangat yang di
kobarkan oleh mereka berdua tersebar hingga keseluruh Asia hingga ke Afrika
bagian utara, hingga sampai ke Indonesia.
Marxisme lahir dari
pemikiran Marx tentang perjuangan kelas buruh dalam melawan kapitalisme.
Marixme memberi dan membela si miskin, karena mereka sudah sangat segsara dan
bagaimana pun mereka harus mendapat kemenangannya. Di dalam marixme tidak ada
yang namanya kelas sosial, semua sama rata dibawah panji marxisme.
Marxisme yang lahir di
indonesia akibat dari kebijakan politik etis yang dilakukan oleh pemerintah
kolonial belanda. Kebijakan politik etis telah membuka kran terbentuknya
perkumpulan-perkumpulan di HindiaBelanda. Sneevliet, seorang anggota kaum kiri
Belanda masuk di Indonesia membawa paham Marxisme dengan mendirikan Indische
Social Democratische Vereniging (ISDV). Selain itu Marxisme juga memengaruhi
pemikiran tradisi Jawa, yang memunculkan semboyan „Sama Rata-Sama Rasa‟ dan
„Bangkitnya Kaum Kromo‟. Dua semboyan ini bertemu pada gagasan Marx tentang
“masyarakat tanpa kelas” yang tertuang dalam Babad Tanah Jawa-nya Marco
Kartodikromo. Paham ini melahirkan para pejuang revolusi di Hindia-Belanda.
Mereka menyebarkan gagasan Marxisme dan melakukan aksi-aksi pengorganisasian
rakyat, terutama pada kelompok buruh pabrik. Perjuangan itu telah sampai pada
pembentukan organisasi revolusioner yang bernama Partai Komunis Indonesia
(PKI).
Setelah kita membedah apa
ajasi isi dari Nasakom ini, lalu bagaimana strateginya Soekarno dalam menjaga
hegemoni kekuasaanya di era Orde Lama?
Konsep Naskom yang di
cetuskan oleh Soekarno merupakan rumusan yang mewakili 3 pilar utama kekuatan
politik yang ada di Indonesia pasca kemerdekaan. Di awal kekuasaan Soekarno
memimpin, konsep nasakom belum diterapkan olehnya. Karena di tahun 1945-1956
indonesia masih menggunakan sistem demokrasi parlementer. Ditahun 1959 ia mengambil
kekuasaan penuh di Indonesia dengan mengeluarkan Dekrit dan ManiPol yang
membuatnya menjadi pemimpin tunggal revolusi Indonesia dan bebas mengeluarkan
kebijakan politiknya dan segala yang berkaitan dengan Ideologi bangsa. Di tahun
yang sama ketika Soekarno menjadi pemimpin tunggal revolusi Indonesia, ia
mengkritik sistem Demokrasi Parlementer yang dianggapnya tidak cocok diterapkan
di Indonesia. Bung Karno juga menganggap sistem Demokrasi Parlementer juga bisa
membahayakan pemerintahan, langsung menggantinya ke Demokrasi terpimpin dan
membubarkan konstituante (DPR) mengembalikannya ke UUD 1945, lalu segala
keputusan langsung dari perintah soekarno.
Soekarno yang merupakan
seorang yang Nasionalis, ditahun 1959 dia sangat dekat dengan kaum kiri (PKI) karena
partai ini memiliki pendukung yang paling bersemangat dan konsisten terhadap
kredo nasionalis miliknya. Kedekatannya dengan kaum kiri menjadi buah bibir
yang santer terdengar dikalangan islamisme dan militer. Untuk meredam trust
issue yang terjadi didalam tubuh revolusi indonesia akhirnya konsep Nasakom
digunakan oleh soekarno dalam menjaga dirinya tetap menjadi pemimpin tunggal
revolusi indonesia.
Kedekatan yang oleh
Soekarno dengan kaum kiri ini terwujud dari terbentuknya aliansi Jakarta-Woskow-Peking-Pyongyang.
Aliansi merupakan aliansi yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia, pemerintah
Uni Soviet, pemerintah RRT dan Korea Utara. Kedekatan itulah yang membuat kaum
islamisme mulai menjaga jarak dengan Soekarno. Lalu Konsep Nasakom pun digunakan
dengan dalih menjaga persatuan revolusi indonesia, sebenernya untuk menjaga kestabilan pemerintahan
Soekarno.
Konsep Nasakom yang
digunakan oleh Soekarno untuk menjaga tetap adanya persatuan Indonesia, karena
ketiga pilar kekuatan politik ini sukar untuk disatukan, khususnya kaum
Islamisme dan Marxisme. Pada awalnya konsep Nasakom tidak begitu saja dapat
diterima oleh tokoh-tokoh politik lainnya. meski demikian Soekarno tidak
menyerah dengan gagasan yang diinginkannya segera terwujud. Kemampuannya dalam
membakar semangat orang-orang di sekitarnya dengan gaya berpidatonya yang
lugas, Soekarno memperoleh banyak simpati dan dukungan dari berbagai ideologi. Namun
karena pembubaran parlemen, MASYUMI, PSI, NU, Protestan dan lain-lain yang
tidak senang dengan tindakan Soekarno, membentuk “Liga Demokrasi” untuk menentang
Konsepsi Presiden tersebut. Liga Demokrasi tidak berumur panjang setelah
kembali dari luar negeri, Soekarno membubarkan partai yang memprakarsai liga
demokrasi yaitu MASYUMI dan PSI. pembubaran tersebut dilakukan dengan tudingan keterlibatan
partai dalam gerakan pemberontakan (PRRI/Permesta dan DI-TII).
Lalu di tahun 1961 kekuatan politik di indonesia
bergeser menjadi kaum kiri dan militer. Lalu kemana si kaum Nasionalis dengan
Islamisme? Mereka dibekukan oleh Soearno karena terlibat dengan gerekan
pemberontak tadi. Nah, karena kekuatan politik Indonesia bergeser, akhirnya
Soekarno membentuk membentuk Fron Nasional untuk memobilisasi semua kekuatan
sosial dalam rangka menyelesaikan revolusi nasional. Semula fron nasional di
khawatirkan akan menjadialat Soekarno untuk mengubur Partai-partai dan
membentuk kekuatan tunggal dalam fron Nasional ini. Namun kekhawatiran itu
sirna seteleh Soekarno mengumumkan bahwa Semua golongan kepartain maupun
golongan Fungsional dibolehkan menjadi bagian dari fron ini. Namun, peluang ini
dimanfaatkan oleh PKI dalam mengumpulkan massa nya. PKI bebas melakukan
propaganda-propaganda dan mendapatkan simpati rakyat Indonesia, hal tersebut
yang membuat kecemburuan yang dialami oleh kaum islam dan kekhawitaran oleh
kaum nasionalis dan militer.
Konsep Nasakom juga digunakan oleh Soekarno di Politik
Luar Negeri Indonesia. implementasinya adalah terbentuknya Gerakan Non Blok
yang dilakukan oleh negara-negara Asia-Afrika dan Yugoslavia. GNB digunakan
oleh Soekarno karena gerah akibat dari perang dingin yang dilakukan oleh Uni
Soviet dengan Amerika Serikat. Selain itu Konfrontasi yang dilakukan dengan negara lain membawa kesuksesan paling
besar dalam karir politik Soekarno. Pada tahun 1961 untuk melancarkan ambisinya
menguasai Irian Barat Soekarno memanfaat Front Nasional yang telah dibentuk
sebelumnya guna menggalang dukungan massa yang besar dan melancarkan
konfrontasi melawan Belanda, Inggris dan sekutu. Untuk mendapatkan dukungan di
panggung Internasional Soekarno juga melancarkan suatu propaganda yang kemudian
dijadikan sebagai Anti-tesa dominasi negara Adidaya atas Negara-negara kecil
yang baru merdeka. Perumusan Soekarno tentang tujuan ini, berdasarkan
keterlibatan Indonesia dalam perjuangan hidup dan mati.
Berakhirnya Konsep Nasakom yang digunakan oleh Soekarno seiring dengan berakhirnya masa rezim demokrasi terpimpin. Fase yang menjadi awal jatuhnya rezim Demokrasi terpimpin adalah mulainya persaingan-persaingan terbuka antara organisasi sayap kiri yang dimotori oleh PKI dan sayap kanan yang berlindung dibalik wibawa angkatan Darat. Selain itu, Pada tahun 1965 beredar kabar tentang penyakit parah yang diderita oleh Bung Karno dan siap mengambil nyawanya kapan saja. Puncak berakhirnya masa rezim Indonesia terpimpin adalah Surat Perintah Sebelas Maret yang menandakan berakhirnya konsep Nasakom yang digunakan Soekarno dalam menjaga persatuan di eranya memimpin.
Sumber Buku: Soekarno. 2000. Nasionalisme Islamisme Marxisme.Yogyakarta: Pustaka Kendi.
Komentar
Posting Komentar