Partai Fasis Indonesia

  


Tahukah anda selain ada paham Komunisme/Sosialisme dan Pan-Islamisme yang masuk di Indonesia, nyatanya paham Fasisme juga mempengaruhi masyarakat Indonesia namun tidak bertahan lama. Dikarenakan terlalu banyak kontroversi dan ketidakcocokan di kondisi masyarakat Indonesia waktu itu, sehingga menimbulkan reaksi kaum pergerakan saat itu.

PENDAHULUAN

Partai Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler pada tahun 1933 memenangkan pemilu saat itu, kondisi kemenangan itu menginspirasi kaum pergerakan. Dan disisi lain secara bersamaan dengan terjadinya kondisi politik dan ekonomi dunia yang semakin porak-poranda, hal itu menjadi pemberitaan penting di Eropa. Tidak terlepas dari kondisi politik eropa bahwasanya kondisi itu menjadi wadah penting bagi kaum pergerakan dan indo dihindia belanda untuk mencari wajah atau keyakinan baru atas terkenanya depresi besar ekonomi yang semakin porak-poranda dihindia belanda untuk keluar dari krisis itu. Hingga munculnya dan membentuk partai fasis di Hindia Belanda, yaitu Nederlandsh Indische Fascisten Organisatie (NIFO), Fasicten Unie (FU) pada tahun 1933, dan cabang Nationaal Socialistische Berweging (NSB) tahun 1934. Dan sedangkan dikalangan bumiputera dibentuk Partai Fascist Indonesia (PFI) pada tahun 1933.

PEMBAHASAN

Partai Fascist Indonesia (PFI)

Pengaruh ide-ide fasisme tidak hanya diterima oleh orang-orang Indo-Eropa atas ingin terlepasnya dari krisi ekonomi pada saat itu, Partai fasis ini dibentuk tidak dengan kepentingan ideologi itu sendiri, tetapi sangat berbeda dengan ide-ide Fasis di Jerman. Partai Fasis Indonesia (PFI) mencita-citakan untuk membangun kejayaan kerajaan masa lalu, dengan menggabungkan kerajaan-kerajaan seperti Mataram, Majapahit, Siliwangi, dan kerajaan-kerajaan di Kalimantan melalui federasi.

Partai Fasis Indonesia (PFI) didirikan pada Juli 1933 oleh seorang intelektual dari kaum Priyayi yang bernama Dr. Notonindito. Ia juga pernah mengenyam pendidikan di Eropa. Dan ia juga bekas anggota PNI lama yang diketuai Soekarno di cabang Pekalongan.

Dr.Notonindito mengambil konsep kebangsaan dan menggunakan kata “Fascist”. Akan tetapi, praktiknya jauh berbeda sekali dengan pembentukan partai fasis di Jerman, ide-idenya tidak didasari pada Nazisme. Ia mempunyai gagasan sendiri yaitu mendirikan federasi antar kerajaan, bukan mendirikan negara korporasi seperti Partai Nazi di Jerman.

Ide serta gagasan PFI mendapat kritik keras dari kaum pergerakan pada saat itu dan disamakan dengan ide Komite Nasionalis Jawa yang didirikan oleh Soetatmo yang dinyatakan sebagai wajah baru.

Akhirnya ide-ide dan gagasan PFI yang merujuk pada Supremasi Jawa dan mendirikan federasi antar kerajaan atas dasar cita-cita perjuangannya, mendapat banyak kecaman. Surat kabar Menjala sebagai organ PNI mencela PFI

Rakjat Indnesia tidak bergerak karena bau asapnya kemenjan saja, karena mendengarnya bunyi gamelan ketoprak karena sama merahnya atau hijaunya darah kebangsaan”

Maksud dari PNI adalah, pergerakan nasional rakyat Indonesia dalam menuntut kemerdekaannya bukan untuk kembali kepada zaman dahulu, tetapi kemerdekaan Indonesia berdasarkan pada nasionalisme kerakyatan yang revolusioner dan bukan nasionalisme yang fasis.

Koran Adil mengecam Partai Fasis Indonesia sebagai perkakas politik untuk memecah belah. Partai Fasis yang menghidupkan perasaan provinsialisme akan mengancam pergerakan kebangsaan Indonesia. "Sehingga kaum pergerakan lebih suka melihat matinya daripada hidupnya partai politik semacam ini (Partai Fasis Indonesia)," tulis koran Adil.

Surat kabar Pandji Timoer ikut mengeroyok Notonindito dan Partai Fasis Indonesia. Disebut dalam laporannya bahwa Fasisme yang disebarkan di Indonesia tujuannya sama dengan di Eropa, yaitui membunuh aliran revolusioner. "Kapitalisme dari semangat sama mendapat bentuk pertahanan yang baru, yaitu "kutu fasis".Surat kabar Pandji Timoer mengulas lebih jauh dengan mengatakan, di Indonesia ide-ide Fasisme tidak mungkin berkembang dan didukung rakyat. Bagi Indonesia yang terjajah, Partindo dan PNI merupakan model gerakan kebangsaan yang kerakyatan. "Kedua partai ini selain menuntut Indonesia merdeka juga menjadikan Hindia Belanda sebagai kuburan bagi Kapitalisme".

Serangan gencar dan bertubi-tubi dari kaum pergerakan membuat Dr Notonindito ragu melanjutkan kepemimpinannya di Partai Fasis Indonesia. Dia bahkan menyangkal akan menjadi pimpinan Partai Fasis Indonesia seperti disiarkan oleh berbagai surat kabar. “Boeat sementara waktoe saja masih oendoerkan diri dari kalangan staak politiek”. Setelah Dr.Notonindito mengeluarkan perkataan seperti itu akhirnya partai ini hanya berumur singkat dan menghilang begitu saja tanpa pernah melaksanakan program-programnya.

 

 

 

 

 

Sumber :

Wilson. (2008). Orang Dan Partai Nazi DiIndonesia. Jakarta: Komunitas Bambu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STANDAR TATANAN KHAYALAK MANUSIA DAN GENDER LEBIH DARI DUA

KAMPUNG SUSUN BAYAM DI TENGAH GEMERLAPNYA IBUKOTA: REFLEKSI MARJINALISASI SOSIAL

Huru-Hara Stigma Gondrong