Mengapa Lagu Genjer-Genjer Dilarang ?

Siapa yang tidak tahu lagu genjer-genjer? Lagu genjer-genjer merupakan lagu yang dicptakan oleh Muhammad Arief, yang merupakan seniman yang berasal dari Banyuwangi. Lagu ini di ciptaka  pada tahun 1942 yang memiliki makna sebagai sindiran terhadap kependudukan Jepang di Indonesia, yang mana membuat kondisi rakyat sangat menderita/sengsara dibandingkan dengan sebelumnya. Penciptaan lagu ini didasari atas keadaan kota sang seniman, yaitu Banyuwangi yang sangat menderita karena kurangnya kesehagteraan yang menyebabkan masyarakat Banyuwangi terpaksa mengolah daun genjer yang ada disekitaran sungai sebagai bahan makanan. Karena kesengsaraan masyarakat Banyuwangi, Muhammad Arief menuangkan peristiwa tersebut ke dalam lagu genjer-genjer. Seiring perkembangannya, lagu genjer-genjer merupakan lagu unyuk mengisyaratkan penderitaan rakyat Indonesia.

Apabila kita memahami lagu genjer-gener hanya sebagai hasil produksi dari karya seni yang hanya diperuntukkan untuk hiburan semata. Pada masa Orde Lama yang dijalankan oleh I.R Soekarno, lagu genjer-genjer sangat populer di kalangan masyarakat. Lagu genjer-genjer sangat sering dinyanyikan oleh musisi-musisi terkenal di Ibukota Jakarta dan dikalangan Istana. Namun makna asli dari lagu ini diberikan makna ganda oleh PKI. Makna ganda yang dimaksudkan adalah PKI menggunakan lagu ini untuk kepentingan politiknya. Bagi  PKI,  Genjer-Genjer  merupakan personifikasi  buruh  dan  petani,  yang dikatakan berhamparan di sawah. Artinya,“berhamparan” berkaitan dengan jumlah dan  “sawah” sebagai  sumber-sumber produksi.  Sawah  bisa  saja  dimaksudkan secara harfiah sebagai tempat bekerjanya petani, atau sawah sebagai pabrik-pabrik  tempat bekerjanya buruh.

Pada tahun 1965 terjadi usaha kudeta yang dilakukan oleh orang-orang PKI. Mereka melakukan sebuah pergerakan pada tanggal 30 September 1965 yaitu mereka menculik dan membunuh 6 jenderal dan perwira tentara. Peristiwa tersebut terdengar sampai ke telinga Soeharto. Soeharto dan pasukannya langsung bergerak ke Lubang Buaya dan membasmi semua kader-kader dan simpatisan PKI. Pasca tragedi G30S PKI pers menurnkan berita penemuan kertas yang berisikan notasi lagu genjer-genjer di area Lubang Buaya. Pers tersebut diantaranya adalah koran Pantjasila, koran Angkatan Bersenjata, dan Berita Yudha pada tanggal 4 Oktober 1965. Karena penemuan kertas yang berisi notasi lagu genjer-genjer pemerintah Orde Baru menjadikan dalih lagu terebut sebagai manifesto PKI. Karena dalih tersebut siapun yang menyanyikan lagu ini akan dituduh sebagai antek-antek PKI dan ditangkap oleh aparat keamanan.


Sumber Referensi :

Parlindungan S, Utan. 2007. Musik dan Politik:Genjer-Genjer,Kuasa dan Kontestasi Makna. Michigan. Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada.

Jurnal Mitos Genjer-Genjer: Politik Makna dalam Lagu: https://www.neliti.com/id/publications/37792/mitos-genjer-genjer-politik-makna-dalam-lagu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STANDAR TATANAN KHAYALAK MANUSIA DAN GENDER LEBIH DARI DUA

KAMPUNG SUSUN BAYAM DI TENGAH GEMERLAPNYA IBUKOTA: REFLEKSI MARJINALISASI SOSIAL

Huru-Hara Stigma Gondrong