Perjalanan Sejarah : Pelabuhan Tanjung Priok dan Warakas Jakarta - Antara Kemakmuran dan Stigma Negatif
Latar
Belakang
A. Sejarah Tanjung Priok Dari Masa Ke Masa.
Pelabuhan
Tanjung Priok, yang terletak di Jakarta, Indonesia, dibangun pada tahun 1883
oleh pemerintah kolonial Belanda. Pembangunan pelabuhan ini dimulai pada masa
pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Jenderal Johannes van den Bosch,
dan selesai pada tahun 1886.
Pelabuhan
Tanjung Priok adalah pelabuhan utama di Indonesia dan menjadi salah satu
pelabuhan tersibuk di Asia Tenggara, berperan penting dalam perdagangan dan
ekonomi Indonesia. Sejak saat itu, pelabuhan ini telah mengalami berbagai
pengembangan dan perluasan untuk mengakomodasi pertumbuhan ekonomi dan lalu
lintas kapal yang semakin meningkat.
Sejarah
Pelabuhan Tanjung Priok
Pembangunan
Awal: Pelabuhan Tanjung Priok mulai dibangun pada tahun 1883 oleh pemerintah
kolonial Belanda di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Johannes van den
Bosch. Pembangunan ini bertujuan untuk mengatasi keterbatasan Pelabuhan Sunda
Kelapa yang telah menjadi pelabuhan utama Jakarta sejak zaman kerajaan
Hindu-Buddha.
Perkembangan
Awal: Setelah selesai dibangun pada tahun 1886, Pelabuhan Tanjung Priok
berkembang menjadi pelabuhan utama di Hindia Belanda. Dengan kedalaman air yang
lebih dalam dan fasilitas yang lebih modern, pelabuhan ini memungkinkan
kapal-kapal besar untuk bersandar dan memuat muatan dengan lebih efisien.
Peran
selama Kolonialisme: Selama masa penjajahan Belanda, Pelabuhan Tanjung Priok
menjadi pusat perdagangan utama di wilayah Hindia Belanda. Ekspor utamanya
meliputi hasil pertanian, seperti kopi, teh, dan rempah-rempah, sementara impor
meliputi barang-barang manufaktur dan bahan mentah.
Peran
selama Perang Dunia II: Selama Perang Dunia II, Pelabuhan Tanjung Priok menjadi
sasaran serangan udara oleh pasukan Sekutu. Banyak infrastruktur pelabuhan
hancur akibat serangan udara, yang mengakibatkan gangguan besar terhadap
aktivitas perdagangan.
Era
Pasca-Kemerdekaan: Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1945,
Pelabuhan Tanjung Priok menjadi bagian integral dari infrastruktur ekonomi
negara yang baru merdeka. Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk
memodernisasi dan memperluas fasilitas pelabuhan guna mengakomodasi pertumbuhan
perdagangan dan industri.
Perkembangan
Modern: Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, Pelabuhan Tanjung Priok
terus mengalami perkembangan dan ekspansi. Pada tahun 2010, pemerintah
Indonesia meluncurkan program “Masterplan for Acceleration and Expansion of
Indonesian Economic Development” (MP3EI) yang mencakup pengembangan
infrastruktur pelabuhan sebagai prioritas utama.
Bergeser sedikit dari wilayah Pelabuhan Tanjung Priok, penulis selanjutnya akan membahas sebuah wilayah yang cukup terkenal di Jakarta dan wilayah tersebut juga merupakan daerah pemukiman utama disekitar area pelabuhan Tanjung Priok sejak aman Kolonial hingga di era modern seperti sekarang, akan tetapi masih kurang diulas dalam sebuah artikel atau jurnal - jurnal yang mainstream daerah tersebut bernama "Warakas".
B. Asal Usul Nama
Warakas
Dijelaskan,
umumnya penduduk setempat, termasuk para sesepuhnya pun kurang mengetahui
secara pasti tentang sejarah atau asal usul nama Warakas. Diperkirakan kata
“warakas” adalah kata dalam bahasa Jawa yang artinya “paku laut.” Mungkin hal itu ada kaitannya dengan kondisi
daerah tersebut pada masa lampau. Konon, dahulu pada masa Hindia Belanda,
kawasan Warakas adalah daerah rawa-rawa yang tanahnya selalu basah. Nah, di
rawa-rawa itulah tumbuh pohon atau rumput paku laut (Acrostichum aureum),
sejenis tumbuhan paku-pakuan. Warakas alias paku laut itulah sebutan bagi
daerah itu hingga sekarang. Karena
Warakas sudah menjadi wilayah permukiman penduduk yang cukup padat, hampir
tidak ada lagi rawa-rawa di sana, dan tumbuhan paku laut pun tidak ditemukan
lagi. Jenis tumbuhan tersebut kini hanya tinggal kenangan, sehingga ketika
ingat Warakas, maka ingat lagi jenis tumbuhan paku laut di masa yang silam. Warakas merupakan pemukiman padat penduduk dan salah satu wilayah yang cukup dikenal di Ibu Kota terutama di era dekade 80-2000an awal daerah ini juga menyimpan banyak cerita menarik yang jarang diketahui publik secara umum diantaranya yaitu mengapa identitas Warakas identik dengan kriminalitas dan kekerasan.
C.
Warakas Dan Stigma Negatif
Warakas sendiri sudah akrab pada telinga orang – orang
di ibukota sebagai daerah “Bronx” atau daearah yang dihindari untuk tidak
dikunjungi ketika malam hari, Warakas merupakan daerah yang damai dan harmonis
pada awalnya akan tetapi gelombang urbanisasi dari masyrakat desa menuju kota
membuat Warakas menjadi salah satu daerah dengan populasi terpadat dijakarta,
terbukti dengan adanya pemukiman Suburuban
atau gang – gang sempit. Warakas menjadi salah satu Melting Polt atau tempat berkumpulnya para migran dari daerah
pedesaan, dikarenakan menjadi tempat kumpul Warakas menghadapi suatu gejala
sosial yaitu meningkatnya Kriminalitas pada usia remeja – Dewasa. Tingginya
angka kejahatan di sebuah wilayah, banyaknya jenis kejahatan spesifik yang
terjadi di suatu kelompok masyarakat tertentu, merupakan sejumlah fenomena yang
berkembang di sebuah masyarakat. Penjelasan mengenai kejahatan memberikan
kontribusi pemahaman mengenai kejahatan baik individual maupun kelompok, mulai
dari sebab kejahatan, proses perkembangan kejahatan bahkan terbentuknya
kelompok kejahatan di sebuah masyarakat. Seperti gang dan organized crime
(Cloward dan Ohlin 1960, Sutherland, Cressey dan Luckenbill 1992). Cara
beradaptasi yang menyimpang dari nilai dan perilaku konformitas dalam sebuah masyarakat,
pada gilirannya menjadi pola perilaku sebagai anggota kebudayaan, bahkan
kemudian dianggap sebagai cara yang bisa diterima. Cara beradaptasi yang
sedemikian kemudian menjadi nilainilai kelompok dalam masyarakat bahkan
mendapatkan penguatan (reinforcement) dengan beragam bentuk dan cara. Cara
beradaptasi akan selalu ada pada masyarakat perkotaan.Masyarakat kota sendiri
di definisikan sebagai masyarakat yang berada di wilayah urban yang memiliki
keberagaman populasi etnis dan landasan sosial, subkultur (melalui migrasi),
pembagian kerja, faktor penghasilan, kekuasaan, gengsi serta gaya hidup dan
nilai oleh Broom dan Szelnik (1968: 437). Lebih lanjut, Broom dan Szelnik
(1968) mengatakan bahwa perubahan dan perkembangan kota tidak luput dari
keberadaan konflik, yang pada akhirnya tentu dapat menyebabkan lahirnya wilayah
kejahatan pada perkotaan.
Pada teori diatas Hal – Hal tersebut membuat warakas
menjadi daerah rawan Sering terjadi keributan Bukan hanya antar perorangan
saja, tetapi antar gang yang melibatkan masyarakat setempat.Tewas mengenaskan
jadi hal biasa Tak hanya sekadar ribut antar gang saja, lantaran sampai membawa
senjata tajam yang berbahaya.Tempat berkumpulnya masyarakat dari berbagai
daerah Poin keempat mungkin tak semenyeramkan tiga poin lainnya, yakni di Priok
menjadi tempat berkumpulnya masyarakat dari berbagai latar belakang. Perbedaan
suku, ras, agama hingga berbagai watak lantas berkumpul di satu kawasan yang
sama.
“Sejarahnya kenapa Tanjung Priok bisa dikatakan daerah
keras karena berbagai watak, berbagai ras di situ dulu. Jadi mau nggak mau
harus keras,”
“Orang yang mau buang duit ada di situ, orang yang
cari duit ada di situ, orang baik, orang jahat, orang beragama, orang biadab,
kumpul jadi satu,” Bapak Adhi Guno Wibisono (
Narasumber)
Selain itu Warakas juga mempunyai sisi positif yaitu
terjaganya Keamanan daerah pemukiman setempat dikarenakan Solidaritas ataupun
keyakinan antar individu dalam bertetannga menjadikan Warakas salah satu daerah
yang guyub bagi para penduduknya. Adapun kegiatan kriminalitas yang tinggi
hanyalah bayang – bayang masa lalu dari warakas dikarenakan Warakas sekarang
sudah bertransformasi menjadi daerah yang lebih toleran dan lebih damai
dibandingkan didekade 80 – 2000an Awal.dimana hal ini terjadi juga berkat
banyaknya penertiban bagi para pelaku kriminalitas dan pengedar Narkoba dari
tahun – ketahun. Adapun Slogan Terkenal dari daerah Warakas yaitu “Senggol Bacok” dalam artian janganlah
menganggu privasi ataupun ikut campur dalam urusan orang lain. Slogan tersebut
tercipta dikarenakan tradisi atau budaya di daerah warakas kental dengan
kekerasan dan juga hal kriminalitas lainnya. Tetapi itu semua hanyalah bagian
masa lalu dari Warakas dan hanyalah Slogan belaka pada akhirnya.
Kesimpulan
Pelabuhan Tanjung Priok, sebagai salah satu yang
terbesar di Asia Tenggara, memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun
1883 di bawah pemerintahan kolonial Belanda. Peran pentingnya dalam perdagangan
dan ekonomi Indonesia tidak terbantahkan. Sebagai lawan, Warakas, sebuah daerah
di Jakarta dengan asal usul yang misterius, telah menghadapi tantangan yang
berbeda.
Pembangunan awal Pelabuhan Tanjung Priok dimulai pada
masa Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Johannes van den Bosch, sebagai solusi
atas keterbatasan Pelabuhan Sunda Kelapa. Sejak itu, pelabuhan ini menjadi
pusat perdagangan utama di Hindia Belanda dan berkembang pesat untuk
mengakomodasi pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. Namun, di sisi lain
kota Jakarta, terdapat Warakas, yang dinamai demikian karena diperkirakan
berasal dari kata "paku laut" dalam bahasa Jawa. Meskipun asal usul
nama ini mengandung kesan damai, Warakas menghadapi transformasi yang menantang
seiring urbanisasi dan migrasi masyarakat pedesaan.
Dalam sejarahnya, Warakas pernah menjadi tempat harmonis dengan solidaritas yang kuat di antara penduduknya. Namun, urbanisasi yang cepat telah mengubahnya menjadi salah satu daerah dengan populasi terpadat di Jakarta. Gelombang urbanisasi dari masyarakat desa ke kota
Komentar
Posting Komentar