Perjalanan Sejarah : Pelabuhan Tanjung Priok dan Warakas Jakarta - Antara Kemakmuran dan Stigma Negatif

 

Latar Belakang

Tanjung Priok adalah salah satu kecamatan yang terletak di kota Jakarta Utara, provinsi DKI Jakarta. Di daerah ini terdapat Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan pelabuhan terpadat di Indonesia. Sejak dahulu kawasan ini merupakan pelabuhan prasejarah sejak zaman penyebaran agama Hindu, dan kemudian oleh pemerintah kolonial Belanda. Tanjung Priok benar-benar dikembangkan menjadi kawasan pelabuhan komersial pada akhir abad ke-18 Kata Tanjung Priok berasal dari kata tanjung yang artinya daratan yang menjorok ke laut, dan priok (periuk) yaitu semacam panci masak tanah liat yang merupakan komoditas perdagangan sejak zaman prasejarah.
Anggapan nama Tanjung Priok berasal dari tokoh penyebar Islam Mbah Priuk (Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad Husain) menurut pendapat budayawan Betawi Ridwan Saidi dan sejarawan Alwi Shahab adalah salah, karena kawasan ini sudah bernama Tanjung Priok jauh sebelum kedatangan Mbah Priuk pada tahun 1756..Warakas adalah sebuah permukiman penduduk yang merupakan kelurahan di kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Daerahnya berbatasan dengan kelurahan Tanjung Priok di sebelah utara, kelurahan Papanggo di barat dan selatan, serta kelurahan Sungai Bambu di sebelah timur. Warakas juga mempunyai sejarah panjang, yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah terbentuknya Batavia. Meski daerah itu cukup terkenal di Ibu Kota, namun sedikit sekali keterangan perihal asal usul tempat itu di dalam dokumen sejarah Jakarta.

A.  Sejarah Tanjung Priok Dari Masa Ke Masa.

Pelabuhan Tanjung Priok, yang terletak di Jakarta, Indonesia, dibangun pada tahun 1883 oleh pemerintah kolonial Belanda. Pembangunan pelabuhan ini dimulai pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Jenderal Johannes van den Bosch, dan selesai pada tahun 1886.

Pelabuhan Tanjung Priok adalah pelabuhan utama di Indonesia dan menjadi salah satu pelabuhan tersibuk di Asia Tenggara, berperan penting dalam perdagangan dan ekonomi Indonesia. Sejak saat itu, pelabuhan ini telah mengalami berbagai pengembangan dan perluasan untuk mengakomodasi pertumbuhan ekonomi dan lalu lintas kapal yang semakin meningkat.

Sejarah Pelabuhan Tanjung Priok Sejarah Pelabuhan Tanjung Priok mencakup serangkaian peristiwa penting yang telah membentuk peran dan fungsi pelabuhan ini dalam perdagangan dan ekonomi Indonesia. Berikut adalah ringkasan sejarahnya:

Pembangunan Awal: Pelabuhan Tanjung Priok mulai dibangun pada tahun 1883 oleh pemerintah kolonial Belanda di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Pembangunan ini bertujuan untuk mengatasi keterbatasan Pelabuhan Sunda Kelapa yang telah menjadi pelabuhan utama Jakarta sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha.

Perkembangan Awal: Setelah selesai dibangun pada tahun 1886, Pelabuhan Tanjung Priok berkembang menjadi pelabuhan utama di Hindia Belanda. Dengan kedalaman air yang lebih dalam dan fasilitas yang lebih modern, pelabuhan ini memungkinkan kapal-kapal besar untuk bersandar dan memuat muatan dengan lebih efisien.

Peran selama Kolonialisme: Selama masa penjajahan Belanda, Pelabuhan Tanjung Priok menjadi pusat perdagangan utama di wilayah Hindia Belanda. Ekspor utamanya meliputi hasil pertanian, seperti kopi, teh, dan rempah-rempah, sementara impor meliputi barang-barang manufaktur dan bahan mentah.

Peran selama Perang Dunia II: Selama Perang Dunia II, Pelabuhan Tanjung Priok menjadi sasaran serangan udara oleh pasukan Sekutu. Banyak infrastruktur pelabuhan hancur akibat serangan udara, yang mengakibatkan gangguan besar terhadap aktivitas perdagangan.

Era Pasca-Kemerdekaan: Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1945, Pelabuhan Tanjung Priok menjadi bagian integral dari infrastruktur ekonomi negara yang baru merdeka. Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk memodernisasi dan memperluas fasilitas pelabuhan guna mengakomodasi pertumbuhan perdagangan dan industri.

Perkembangan Modern: Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, Pelabuhan Tanjung Priok terus mengalami perkembangan dan ekspansi. Pada tahun 2010, pemerintah Indonesia meluncurkan program “Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesian Economic Development” (MP3EI) yang mencakup pengembangan infrastruktur pelabuhan sebagai prioritas utama.

Bergeser sedikit dari wilayah Pelabuhan Tanjung Priok, penulis selanjutnya akan membahas sebuah wilayah yang cukup terkenal di Jakarta dan wilayah tersebut juga merupakan daerah pemukiman utama disekitar area pelabuhan Tanjung Priok sejak aman Kolonial hingga di era modern seperti sekarang, akan tetapi masih kurang diulas dalam sebuah artikel atau jurnal - jurnal yang mainstream daerah tersebut bernama "Warakas".

B. Asal Usul Nama Warakas
Dijelaskan, umumnya penduduk setempat, termasuk para sesepuhnya pun kurang mengetahui secara pasti tentang sejarah atau asal usul nama Warakas. Diperkirakan kata “warakas” adalah kata dalam bahasa Jawa yang artinya “paku laut.”  Mungkin hal itu ada kaitannya dengan kondisi daerah tersebut pada masa lampau. Konon, dahulu pada masa Hindia Belanda, kawasan Warakas adalah daerah rawa-rawa yang tanahnya selalu basah. Nah, di rawa-rawa itulah tumbuh pohon atau rumput paku laut (Acrostichum aureum), sejenis tumbuhan paku-pakuan. Warakas alias paku laut itulah sebutan bagi daerah itu hingga sekarang.   Karena Warakas sudah menjadi wilayah permukiman penduduk yang cukup padat, hampir tidak ada lagi rawa-rawa di sana, dan tumbuhan paku laut pun tidak ditemukan lagi. Jenis tumbuhan tersebut kini hanya tinggal kenangan, sehingga ketika ingat Warakas, maka ingat lagi jenis tumbuhan paku laut di masa yang silam. Warakas merupakan pemukiman padat penduduk dan salah satu wilayah yang cukup dikenal di Ibu Kota terutama di era dekade 80-2000an awal daerah ini juga menyimpan banyak cerita menarik yang jarang diketahui publik secara umum diantaranya yaitu mengapa identitas Warakas identik dengan kriminalitas dan kekerasan.

C. Warakas Dan Stigma Negatif

Warakas sendiri sudah akrab pada telinga orang – orang di ibukota sebagai daerah “Bronx” atau daearah yang dihindari untuk tidak dikunjungi ketika malam hari, Warakas merupakan daerah yang damai dan harmonis pada awalnya akan tetapi gelombang urbanisasi dari masyrakat desa menuju kota membuat Warakas menjadi salah satu daerah dengan populasi terpadat dijakarta, terbukti dengan adanya pemukiman Suburuban atau gang – gang sempit. Warakas menjadi salah satu Melting Polt atau tempat berkumpulnya para migran dari daerah pedesaan, dikarenakan menjadi tempat kumpul Warakas menghadapi suatu gejala sosial yaitu meningkatnya Kriminalitas pada usia remeja – Dewasa. Tingginya angka kejahatan di sebuah wilayah, banyaknya jenis kejahatan spesifik yang terjadi di suatu kelompok masyarakat tertentu, merupakan sejumlah fenomena yang berkembang di sebuah masyarakat. Penjelasan mengenai kejahatan memberikan kontribusi pemahaman mengenai kejahatan baik individual maupun kelompok, mulai dari sebab kejahatan, proses perkembangan kejahatan bahkan terbentuknya kelompok kejahatan di sebuah masyarakat. Seperti gang dan organized crime (Cloward dan Ohlin 1960, Sutherland, Cressey dan Luckenbill 1992). Cara beradaptasi yang menyimpang dari nilai dan perilaku konformitas dalam sebuah masyarakat, pada gilirannya menjadi pola perilaku sebagai anggota kebudayaan, bahkan kemudian dianggap sebagai cara yang bisa diterima. Cara beradaptasi yang sedemikian kemudian menjadi nilainilai kelompok dalam masyarakat bahkan mendapatkan penguatan (reinforcement) dengan beragam bentuk dan cara. Cara beradaptasi akan selalu ada pada masyarakat perkotaan.Masyarakat kota sendiri di definisikan sebagai masyarakat yang berada di wilayah urban yang memiliki keberagaman populasi etnis dan landasan sosial, subkultur (melalui migrasi), pembagian kerja, faktor penghasilan, kekuasaan, gengsi serta gaya hidup dan nilai oleh Broom dan Szelnik (1968: 437). Lebih lanjut, Broom dan Szelnik (1968) mengatakan bahwa perubahan dan perkembangan kota tidak luput dari keberadaan konflik, yang pada akhirnya tentu dapat menyebabkan lahirnya wilayah kejahatan pada perkotaan. 

Pada teori diatas Hal – Hal tersebut membuat warakas menjadi daerah rawan Sering terjadi keributan Bukan hanya antar perorangan saja, tetapi antar gang yang melibatkan masyarakat setempat.Tewas mengenaskan jadi hal biasa Tak hanya sekadar ribut antar gang saja, lantaran sampai membawa senjata tajam yang berbahaya.Tempat berkumpulnya masyarakat dari berbagai daerah Poin keempat mungkin tak semenyeramkan tiga poin lainnya, yakni di Priok menjadi tempat berkumpulnya masyarakat dari berbagai latar belakang. Perbedaan suku, ras, agama hingga berbagai watak lantas berkumpul di satu kawasan yang sama.

“Sejarahnya kenapa Tanjung Priok bisa dikatakan daerah keras karena berbagai watak, berbagai ras di situ dulu. Jadi mau nggak mau harus keras,”

“Orang yang mau buang duit ada di situ, orang yang cari duit ada di situ, orang baik, orang jahat, orang beragama, orang biadab, kumpul jadi satu,”  Bapak Adhi Guno Wibisono  ( Narasumber)

 

Selain itu Warakas juga mempunyai sisi positif yaitu terjaganya Keamanan daerah pemukiman setempat dikarenakan Solidaritas ataupun keyakinan antar individu dalam bertetannga menjadikan Warakas salah satu daerah yang guyub bagi para penduduknya. Adapun kegiatan kriminalitas yang tinggi hanyalah bayang – bayang masa lalu dari warakas dikarenakan Warakas sekarang sudah bertransformasi menjadi daerah yang lebih toleran dan lebih damai dibandingkan didekade 80 – 2000an Awal.dimana hal ini terjadi juga berkat banyaknya penertiban bagi para pelaku kriminalitas dan pengedar Narkoba dari tahun – ketahun. Adapun Slogan Terkenal dari daerah Warakas yaitu “Senggol Bacok” dalam artian janganlah menganggu privasi ataupun ikut campur dalam urusan orang lain. Slogan tersebut tercipta dikarenakan tradisi atau budaya di daerah warakas kental dengan kekerasan dan juga hal kriminalitas lainnya. Tetapi itu semua hanyalah bagian masa lalu dari Warakas dan hanyalah Slogan belaka pada akhirnya.

Kesimpulan

Pelabuhan Tanjung Priok, sebagai salah satu yang terbesar di Asia Tenggara, memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1883 di bawah pemerintahan kolonial Belanda. Peran pentingnya dalam perdagangan dan ekonomi Indonesia tidak terbantahkan. Sebagai lawan, Warakas, sebuah daerah di Jakarta dengan asal usul yang misterius, telah menghadapi tantangan yang berbeda.

Pembangunan awal Pelabuhan Tanjung Priok dimulai pada masa Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Johannes van den Bosch, sebagai solusi atas keterbatasan Pelabuhan Sunda Kelapa. Sejak itu, pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan utama di Hindia Belanda dan berkembang pesat untuk mengakomodasi pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. Namun, di sisi lain kota Jakarta, terdapat Warakas, yang dinamai demikian karena diperkirakan berasal dari kata "paku laut" dalam bahasa Jawa. Meskipun asal usul nama ini mengandung kesan damai, Warakas menghadapi transformasi yang menantang seiring urbanisasi dan migrasi masyarakat pedesaan.

Dalam sejarahnya, Warakas pernah menjadi tempat harmonis dengan solidaritas yang kuat di antara penduduknya. Namun, urbanisasi yang cepat telah mengubahnya menjadi salah satu daerah dengan populasi terpadat di Jakarta. Gelombang urbanisasi dari masyarakat desa ke kota 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

STANDAR TATANAN KHAYALAK MANUSIA DAN GENDER LEBIH DARI DUA

KAMPUNG SUSUN BAYAM DI TENGAH GEMERLAPNYA IBUKOTA: REFLEKSI MARJINALISASI SOSIAL

Huru-Hara Stigma Gondrong